Apa sih sebenarnya Law of Assumption atau Hukum Asumsi ini? Mungkin kamu sudah sering dengar istilah ini berseliweran di internet atau media sosial, tapi masih bingung dengan artinya. Law of Assumption adalah hukum yang menyatakan bahwa apa yang kamu asumsikan atau percayai sebagai kenyataan akan terwujud dalam hidupmu. Sesederhana itu. Apa yang kamu yakini benar akan menjadi realitasmu.
Jadi, intinya, jika kamu ingin manifestasi atau keinginanmu terwujud, kuncinya adalah asumsi. Asumsikan saja bahwa kamu sudah memiliki apa yang kamu inginkan, dan itu akan datang dengan sendirinya. Terlihat simpel banget, kan? Tapi kenapa metode ini kadang terasa sulit bagi sebagian orang? Mari kita bahas lebih dalam soal ini.
Kenapa Metode Manifestasi Dianggap Rumit?
Meskipun Law of Assumption terdengar mudah, kenyataannya banyak orang merasa kesulitan untuk membuat asumsi baru tentang hidup mereka. Salah satu alasannya adalah karena sejak kecil kita sudah diajarkan untuk percaya bahwa segala sesuatu harus diperoleh dengan kerja keras. Kita terbiasa dengan konsep bahwa untuk mendapatkan sesuatu, kita harus berjuang mati-matian. Nah, di sinilah letak masalahnya.
Kita sering melihat manifestasi sebagai suatu proses yang panjang dan melelahkan, padahal tidak harus begitu. Banyak dari kita juga terlalu terjebak dalam berbagai metode manifestasi yang dianggap “paling ampuh,” karena kita tidak percaya bahwa keinginan bisa datang dengan mudah. Mencari metode yang tepat malah membuat kita terjebak dalam siklus mencari, tanpa pernah merasa benar-benar puas.
Padahal, manifestasi itu sebenarnya tidak serumit itu. Law of Assumption mengajarkan bahwa kita hanya perlu mengasumsikan bahwa kita sudah memiliki apa yang kita inginkan, dan alam semesta akan mengatur sisanya.
Kenapa Asumsi Itu Penting?
Law of Assumption menekankan bahwa pikiran kita punya kekuatan besar dalam membentuk realitas kita. Apa yang kamu percayai, itulah yang akan kamu lihat dalam hidupmu. Contohnya, jika kamu percaya bahwa kamu selalu sial, maka kamu akan terus menemukan kejadian-kejadian yang memperkuat keyakinan itu. Sebaliknya, jika kamu mengasumsikan bahwa keberuntungan selalu berpihak padamu, maka kamu akan mulai melihat kesempatan-kesempatan bagus datang ke arahmu.
Hal ini mirip dengan konsep yang sering kita dengar: “hidup adalah cerminan dari pikiranmu.” Apa yang kamu pikirkan, itulah yang akan tercermin dalam realitasmu. Dan ini bukan berarti kamu harus melakukan hal-hal luar biasa untuk mewujudkan impianmu. Kamu hanya perlu percaya.
Metode Manifestasi yang Populer
Walaupun Law of Assumption terdengar sederhana, ada beberapa metode yang bisa membantu kamu membentuk asumsi baru ini, terutama jika di awal terasa sulit untuk mengubah cara berpikirmu. Berikut beberapa metode yang populer di kalangan praktisi manifestasi:
1. Menggunakan "State" atau Kondisi
Ini adalah metode yang banyak diambil dari ajaran Neville Goddard, pelopor Law of Assumption. Metode ini melibatkan menghidupi keinginanmu seolah-olah sudah terjadi. Kamu membayangkan diri berada dalam kondisi di mana keinginanmu sudah tercapai. Misalnya, jika kamu ingin sukses dalam karier, bayangkan bagaimana rasanya sudah mencapai kesuksesan itu. Rasakan kebanggaan, kegembiraan, dan kepuasan yang muncul dari kondisi tersebut. Dengan demikian, kamu seakan-akan menarik energi dari masa depan yang sudah terwujud.
2. Robotic Affirmation
Metode ini melibatkan pengulangan afirmasi secara terus-menerus, bahkan tanpa emosi. Idenya adalah untuk “menenggelamkan” pikiran bawah sadar dengan kalimat positif sehingga pada akhirnya kamu akan mulai percaya. Misalnya, jika kamu ingin menjadi lebih percaya diri, kamu bisa terus mengulangi afirmasi seperti, “Saya percaya diri,” tanpa perlu memikirkan apakah kamu benar-benar merasa begitu atau tidak. Pengulangan ini akan mengubah pola pikir secara perlahan.
3. Scripting
Kalau kamu lebih suka menulis daripada membayangkan sesuatu di kepala, kamu bisa mencoba scripting. Caranya adalah dengan menulis skenario tentang hidupmu seolah-olah keinginanmu sudah tercapai. Misalnya, jika kamu ingin hubungan yang bahagia, kamu bisa menulis tentang bagaimana hari-hari indah yang kamu habiskan bersama pasanganmu. Dengan menulis, kamu memvisualisasikan keinginanmu dalam bentuk kata-kata.
4. Vision Boards
Kamu mungkin sudah familiar dengan vision board atau papan visual. Ini adalah metode di mana kamu mengumpulkan gambar-gambar yang mewakili keinginanmu, kemudian menempelkannya di papan atau media lain yang bisa kamu lihat setiap hari. Misalnya, kamu ingin rumah impian, maka kamu bisa memasukkan gambar-gambar rumah idealmu di vision board. Melihat gambar-gambar ini setiap hari membantu otakmu menginternalisasi bahwa hal-hal ini sudah menjadi bagian dari realitasmu.
5. Subliminals
Metode ini melibatkan audio berlapis yang mengandung afirmasi yang tidak bisa kamu dengar secara sadar. Biasanya, suara ini disamarkan di balik musik atau suara alam, seperti hujan. Tujuannya adalah untuk mengisi pikiran bawah sadarmu dengan pesan-pesan positif tanpa kamu menyadarinya. Banyak orang menggunakan subliminal untuk manifestasi keinginan seperti perubahan fisik atau peningkatan kualitas diri.
6. Affirmation Tapes
Berbeda dengan subliminal, affirmation tapes adalah audio afirmasi yang bisa kamu dengar dengan jelas. Kamu mendengarkan afirmasi seperti, “Saya sukses,” atau “Saya layak dicintai,” berulang-ulang. Banyak orang mendengarkan affirmations ini sepanjang hari atau bahkan saat tidur, untuk membantu mereka membangun keyakinan baru dalam pikiran bawah sadar.
Kenapa Orang Masih Menggunakan Metode?
Meskipun Law of Assumption menyatakan bahwa asumsi itu langsung, kenapa orang masih merasa perlu menggunakan metode-metode di atas? Jawabannya sederhana: karena metode itu membantu. Banyak orang yang terbiasa dengan pola pikir penuh batasan, sehingga sulit bagi mereka untuk langsung melangkah ke kekuatan asumsi. Metode-metode ini berfungsi sebagai alat bantu untuk mendukung keyakinan baru mereka.
Apa Itu Persistensi?
Dalam konteks manifestasi, sering kali kita mendengar tentang pentingnya persistensi. Tapi jangan salah paham, persistensi bukanlah sebuah proses panjang. Persistensi artinya adalah terus berpegang pada asumsi yang sudah kamu buat, bahkan jika kenyataan saat ini belum menunjukkannya. Misalnya, jika kamu sedang berusaha untuk memperbaiki keuangan, dan meskipun rekening bankmu masih minus, kamu harus tetap pada asumsi bahwa kamu adalah orang yang kaya. Tetap percaya, dan alam semesta akan menyesuaikan diri dengan keyakinanmu.
Law of Assumption mengajarkan bahwa kekuatan terbesar untuk mengubah hidupmu ada pada dirimu sendiri. Apa yang kamu percayai, apa yang kamu asumsikan, itulah yang akan menjadi kenyataanmu. Meskipun manifestasi bisa terjadi secara instan, banyak dari kita memerlukan metode-metode tambahan untuk membantu kita memperkuat keyakinan baru ini. Pada akhirnya, yang penting adalah tetap konsisten dengan asumsi-asumsi positif yang kita buat, dan realitas akan menyesuaikan diri dengan keyakinan kita.
Komentar
Posting Komentar