Law of Assumption: Hukum yang Berlaku Bagi Semua Orang Kayak Hukum Gravitasi, Nggak Ada Liburnya

Pernah nggak, lagi ngalamin hari yang super lancar, tiba-tiba otak mulai mikir, “Ini beneran nggak sih? Pasti ada deh yang bakal salah.” Dan, bener aja. Ada aja yang tiba-tiba bikin mood rusak. Kalau ngalamin ini, selamat! Secara nggak sadar, kamu udah menerapkan Law of Assumption. Tapi sayangnya, yang tercipta malah hal-hal yang nggak diinginkan.

Hukum ini tuh berlaku kayak hukum gravitasi: nggak peduli kamu percaya atau nggak, tetap bekerja setiap saat. Apa yang kamu asumsikan—positif atau negatif—bakal tercipta di realitas. Yuk bahas gimana mekanisme ini sebenarnya dan gimana cara bikin asumsi yang mendukung hidup lebih baik.


Apa Itu Law of Assumption?

Secara sederhana, Law of Assumption adalah hukum alam semesta yang menyatakan bahwa apa pun yang kamu yakini benar, akan menjadi kenyataan. Bukan soal kamu harus memaksa percaya, tapi lebih ke apa yang dominan di pikiranmu, baik sadar atau nggak sadar.

Analoginya gampang: bayangin otakmu kayak program komputer. Apa pun yang kamu masukkan (asumsi), bakal dijalankan dan ditampilkan di layar (realitas). Kalau kamu bilang, “Aku selalu sial,” semesta cuma menjawab, “Baik, program diterima.” Kalau bilang, “Aku beruntung banget,” ya semesta juga akan bilang, “Baik, yang ini juga diterima.”


Kok Bisa Pikiran Bikin Hal Buruk Terjadi?

Ketika kamu mikir, “Jangan sampai ada yang salah,” fokusmu malah tertuju ke hal buruk. Otakmu nggak paham kata "jangan." Yang dia proses cuma inti asumsimu, yaitu “ada yang salah.” Energi dan perhatianmu otomatis tertarik ke sana, kayak magnet.

Lebih parahnya lagi, ini jadi siklus. Setelah sesuatu yang buruk terjadi, kamu bilang, “Tuh kan, udah dibilangin.” Asumsi itu makin kuat, dan pola ini terus berulang. Nggak ada yang salah sama otakmu, cuma dia lagi memantulkan apa yang kamu asumsikan. Ingat, semesta itu kayak cermin: memantulkan apa yang kamu pancarkan, nggak peduli itu hal baik atau buruk.


Bukti Sehari-Hari Kalau Hukum Ini Selalu Jalan

1. Ketika Lagi Lancar Banget

Pernah ngalamin momen di mana semua hal terasa sempurna, tapi kamu malah merasa aneh? Pikiranmu mulai cari-cari sesuatu yang salah karena nggak terbiasa sama keadaan yang “terlalu” baik. Begitu mikir, “Kayaknya nggak mungkin sebaik ini terus,” BAM! Ada aja yang ganggu.

2. Ngomong Sembarangan Jadi Kenyataan

Contoh klasik: “Eh, jangan sampe hujan deh, please.” dan tiba-tiba langit langsung gelap. Bukan soal kata-kata itu sihir, tapi karena perhatian dan energi kamu tertuju ke kemungkinan hujan, dan itu cukup buat semesta “mendengar.”

3. Ketika Fokus ke Hal Baik

Di sisi lain, ada hari-hari di mana kamu merasa percaya diri banget, kayak yakin 100% semuanya bakal berjalan lancar. Hasilnya? Ya, semuanya bener-bener sesuai harapan. Ini bukti sederhana bahwa asumsi positif juga bekerja sama kuatnya.


Cara Ngehack Hukum Ini Supaya Hidup Lebih Nyaman

1. Sadari Pola Pikiran Negatif

Kebiasaan mikir negatif itu wajar karena otak dirancang buat proteksi diri. Tapi, sadarilah bahwa pikiran negatif itu cuma skenario yang belum tentu terjadi. Setiap kali muncul, tanyakan, “Emang iya? Apa buktinya?” Hal ini bakal bantu kamu memutus siklus overthinking.

2. Ganti Fokus ke Apa yang Diinginkan

Kalau lagi ada hal negatif, coba ubah fokus ke solusi atau hal baik. Misalnya:

  • Daripada mikir, “Jangan sampai gagal,” ubah jadi, “Aku selalu punya kemampuan buat berhasil.”
  • Ganti “Kenapa sih selalu sial?” jadi “Aku selalu diberkati hal-hal baik.”
Dengan mengganti asumsi, energi dan fokusmu otomatis tertarik ke hal-hal positif.


3. Praktikkan Afirmasi Positif Setiap Hari

Afirmasi adalah cara buat “menginstall” asumsi baru. Contoh:

  • “Hidupku selalu penuh keberuntungan.”
  • “Semua hal baik selalu mengalir ke aku dengan mudah.”
Ulangi afirmasi ini, terutama pas bangun tidur atau sebelum tidur, karena otak lebih mudah menyerap di momen-momen itu.


4. Berhenti Cari-Cari Bukti

Ini nih jebakan paling umum. Setelah afirmasi, kadang masih suka nyari-nyari tanda kalau afirmasi itu berhasil. Padahal, nyari bukti berarti kamu bilang ke semesta kalau kamu belum percaya. Trust aja prosesnya, kayak pas pesen barang online. Nggak perlu ngecek tiap menit, kan? Barang itu tetap dikirim.


5. Buat Eksperimen Kecil-Kecilan

Supaya makin yakin, coba bikin eksperimen kecil. Misalnya:

  • Bayangin ketemu mobil warna pink hari ini.
  • Atau, coba niatkan buat nerima kabar baik dalam 24 jam.

Analogi Cermin: Manifestasi Itu Instan

Bayangin kamu berdiri di depan cermin. Kalau senyum, cermin langsung memantulkan senyum itu. Kalau cemberut, refleksinya juga sama. Manifestasi juga gitu. Cermin nggak butuh waktu buat memantulkan bayanganmu, sama kayak semesta yang langsung memantulkan asumsi.

Kalau pantulan di cermin nggak sesuai, apa kamu nyalahin cerminnya? Nggak, kan? Yang perlu diubah adalah ekspresi wajahmu. Sama halnya, kalau hidup belum sesuai, ubah dulu asumsi dan pola pikir yang kamu pancarkan.


Jadi, hukum asumsi itu nggak peduli kamu percaya atau nggak. Dia tetap bekerja, kayak gravitasi. Pikiranmu adalah pusat kendali yang menentukan pengalaman hidup. Daripada sibuk mikir hal yang nggak diinginkan, kenapa nggak mulai fokus ke apa yang benar-benar diinginkan?

Semesta cuma menunggu “perintah” darimu. Dan kabar baiknya, perintah itu semudah mengubah cara pikir. Yuk, mulai pasang asumsi terbaikmu, dan biarkan hidup memantulkan hal-hal indah yang kamu pancarkan.

Comments

Popular Posts