Setiap Orang Memiliki Dunia Sendiri: 1 Planet, 8 Miliar Manusia, 8 Miliar Realitas yang Berbeda
Nggak ada satu pun realitas yang sama. Semua berawal dari bagaimana kita merespons dunia dengan emosi dan pola pikir kita.
Pernah nggak sih kamu mikir, kenapa ada dua orang yang lahir dari keluarga yang sama, sekolah bareng, dapet kesempatan yang mirip, tapi hasil hidupnya bisa beda banget? Ada yang sukses banget, ada yang biasa-biasa aja, bahkan ada yang malah makin ke belakang.
Jawabannya sederhana: karena setiap orang punya personal reality-nya masing-masing.
Dan percaya atau nggak, saat ini—di detik ini—ada 8 miliar personal reality yang eksis barengan di dunia.
Apa Itu Personal Reality?
Personal reality itu kayak dunia kecil yang hidup di kepala dan hati masing-masing orang. Isinya: pikiran, emosi, persepsi, keyakinan, dan tindakan yang kita ambil. Semua itu ngebentuk realita yang kita alami.
Dan ternyata, personal reality itu bukan cuma muncul begitu aja. Ada "domino effect" yang main di balik layar:
Frequency (mind) → intuition → internally compelled to do → action → reality.
Gampangnya, apa yang kita pikirkan dan rasakan bakal ngebentuk intuisi kita, lalu intuisi itu bakal ngedorong kita bertindak, dan hasil dari tindakan itu ya ... dunia nyata yang kita alami.
Biar Makin Kebayang, Nih Contohnya:
Ada sepasang anak kembar, Tonny dan Oscar. Mereka punya tujuan yang sama: pengen nambah berat badan jadi 65 kg dan ngebangun massa otot.
Fisik sama. Tujuan sama. Semangat awal juga sama.
Bedanya?
Tonny: sebelum ngegym, dia benerin dulu mental activity-nya. Dia tanamkan dulu dalam pikirannya bahwa dia sudah jadi orang yang fit.
Oscar: langsung ngegas ke gym tanpa ngebangun mentalitas dulu.
Awal-awal, dua minggu pertama, keduanya rajin. Gym jalan terus, diet ketat, pokoknya niat. Masuk minggu ketiga, mulai kelihatan bedanya.
Tonny, walaupun hujan badai, macet parah, atau lembur sampe tengah malam, tetep jalan ke gym.
Sementara Oscar mulai banyak alasan:
“Ah, hujan gede.”
“Ah, hujan gede.”
“Besok aja deh, lagi flu dikit.”
“Anjir macet banget, males ah.”
Enam bulan kemudian,
Tonny udah capai target: badannya berisi, otot terbentuk, kelihatan fit banget.
Oscar? Berat badan naik dikit, tapi ototnya ya gitu-gitu aja. Frustrasi, ngerasa dunia nggak adil, nyalahin cuaca, kerjaan, keadaan.
Padahal, dua-duanya punya starting point yang sama.
Yang membedakan mereka adalah cara mereka membangun realitas dalam diri dulu sebelum bertindak.
Bedah Simpel: Kenapa Bisa Begitu?
Tonny:
Being fit (mentally first) → intuisi → dorongan dari dalam → tindakan → hasil nyata yang sesuai.
Oscar:
(Masih mentally unfit) → tindakan → hasil nyata yang meleset dari target.
Jadi, jelas ya, kalau kamu mulai dari mental yang salah atau setengah-setengah, walaupun aksinya kelihatan bener, reality yang kamu alami tetap aja melenceng.
Rumusan Penting yang Bisa Kamu Pegang:
Frekuensi bener, aksi bener → reality bener.
Frekuensi salah, aksi bener → reality salah.
Frekuensi bener, aksi salah → reality salah.
Kenapa Frekuensi (Mind) Itu Penting Banget?
Karena semua tindakan kita, mau sadar atau nggak, berakar dari apa yang ada di dalam kepala dan hati kita.
Kalau mind-nya udah tune in sama apa yang kita mau, semua keputusan kecil yang kita ambil sehari-hari bakal sinkron ke arah itu.
Kayak Tonny tadi!
Dia nggak mikir ribet. Mau hujan, mau capek, tubuhnya udah "auto-pilot" untuk bergerak ke gym.
Kenapa?
Karena dari awal dia udah mentally identified sebagai orang yang fit. Bukan "orang yang mau fit someday," tapi orang yang emang fit sekarang juga, bahkan sebelum hasilnya kelihatan.
Sementara Oscar, dia belum beneran percaya dia bisa jadi fit. Di pikirannya, dia masih "orang biasa yang berusaha fit." Jadi ya wajar aja, ketika ketemu alasan kecil buat bolos, dia gampang goyah.
Bagaimana Biar Personal Reality Kamu Ngarah ke Tempat yang Kamu Mau?
1. Mulai dari frekuensi.
Bukan dari tindakan, bukan dari target angka, tapi dari siapa kamu mau jadi secara mental. Kamu mau dikenal sebagai apa? Kamu mau merasa sebagai apa?
2. Selaraskan intuisimu.
Kalau pikiran dan emosi udah pas, intuisi bakal bantu kamu milih jalan yang paling align buat kamu.
3. Bergerak karena terdorong dari dalam.
Bukan karena "harus" atau "takut gagal," tapi karena kamu ngerasa kebelet untuk melakukan itu.
4. Aksi yang kamu lakuin bakal natural.
Karena kamu ngelakuin sesuatu yang bener-bener kamu rasain, bukan karena dipaksa atau pura-pura.
5. Realitas baru akan kebentuk.
Bukan cuma dari kerja keras, tapi dari kerja yang datangnya dari tempat yang benar.
Semua orang hidup di realitasnya sendiri.
Kamu bisa aja ngerasa dunia ini keras, berat, dan kejam … tapi ada juga orang lain yang ngerasa dunia ini penuh peluang, penuh keajaiban, penuh cinta.
Bukan karena dunia beda. Tapi karena frekuensi di dalam diri mereka beda.
Kalau kamu mau ngerasain hidup yang beda, mulai dengan jadi orang yang beda.
Nggak dari luar, tapi dari dalam dulu.
Comments
Post a Comment